Dan sebaliknya jika hidup ini adalah rangkaian kesengsaraan saja maka prinsip syukur tak menemukan relevansi yang kuat. Padahal kedua prinsip ini harus ada sebagai wujud manifestasi kehambaan manusia kepada Penciptanya.
Selanjutnya kita perlu memikirkan kembali ayat Al Quran dalam Surat Al Zumar ayat 10 yang berbunyi 10 “Katakanlah: "Sesungguhnya Hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". Kenapa Allah SWT memberikan posisi yang sedemikian tinggi kepada orang-orang yang bersabar di atas orang-orang yang bersyukur? Jawabannya adalah karena syukur tidak mungkin ada tanpa dilandaskan kepada prinsip sabar. Bersyukur ketika menggapai nikmat tidak akan ada kecuali melalui proses sabar. Jika kita menduga bahwa makna syukur adalah ekspresi kata-kata dengan mengucapkan al hamdulillah, al syukru lillah dan sebangsanya, maka sebaiknya kita mulai merubah pemahaman ini. Nomenklatur syukur dalam doktrin-normatif Islam tidak dipahami seperti itu. Syukur bukan lah rentetan kata yang diulang-ulang dan terkesan formalistis. Dengan begitu menjadi jelas mengapa Allah SWT mewahyukan "Wa qalilun min ibadi al syakur" (Artinya; " Sedikit sekali hamba-hambaku yang bersyukur”). Syukur yang merupakan salah satu bentuk prinsip ubudiyyah manusia adalah menggerakkan seluruh nikmat yang dikaruniakan Allah SWT untuk hal-hal yang diperintahkannya. Mensyukuri kesehatan adalah menggerakkan seluruh aktifitas menuju amaliyah-amaliyah yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Allah SWT telah memberikan kepada kita nikmat harta yang mencukupi, rumah yang nyaman, pendidikan yang baik, keturunan yang menakjubkan dan lain sebagainya, semua harus diolah dalam rangka kebaikan yang diridloi Allah SWT.
Syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat harta yang melimpah menghalangi kita untuk bermewah-mewahan, bermegah-megahan sehingga tidak ada pintu masuk untuk kekayaan kita kecuali mentasarrufkannya ke arah kebaikan. Semua ini memerlukan kesabaran. Sabar dengan begitu harus ada dalam kondisi nikmat dan begitu juga dalam kondisi ujian. Itu lah kenapa sabar menempati posisi yang lebih utama daripada syukur.Di atas itu semua, manusia adalah mahluk yang lemah sebagaimana tegas diungkapan dalam sitiran surat Al Nisa ayat 28 yang berbunyi "Wa khuliqa al insanu dla'ifa" (Artinya; dan manusia dijadikan bersifat lemah). Sedangkan senada dan sejalur dengan itu difirmankan ayat Al Nahl ayat 27 yang berbunyi "Wa ma Shobruka illa billah" (Artinya; "Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah"). Sekilas ayat ini terkesan kontradiktif. Bagaimana mungkin Allah SWT memerintahkan mahluknya bersabar tapi pada hakikatnya hanya Allah SWT sendiri lah yang menjadikan mahluknya sabar?Jawabannya adalah karena manusia pada hakikatnya mahluk yang lemah. Karena kelemahannya ini lah manusia diharapkan kembali, berlindung dan berharap kepada Allah SWT. Allah SWT memerintahkan tetapi kenyataannya kita banyak meninggalkan, Allah SWT melarang tetapi kita sebegitu sering melanggar, maka tidak ada jalan lain kecuali kita menyusun kekuatan untuk mengadu dan bersandar kepada Allah SWT sebagai tempat kembali.
Semakin kita mendekat, mengadu dan memohon sebagai ekspres ikrari ubudiyyah dan pengakuan kedla’ifan manusia, kita akan semakin dekat dengan kemampuan untuk melakukan semuanya berkat pertolonganNya. Kita perlu sejenak merenungkanr kenapa ayat "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in" diulang dan diulang setiap hari lima kali. Lafald ‘na’budu’ dan ‘nasta’inu” tiidak lain untuk mengingatkan dan menekankan aspek ubudiyyah dan kedla’ifan manusia. Bahwa manusia adalah mahluk yang lemah sehingga tidak mungkin ia bersandar hanya pada dirinya sendiri. Fittrah manusia membutuhkan sandaran teologis dan treansenden sebagai manifestasi hakikat kemanusiaannya. Diharapkan pada momen sembahyang itu, manusia mengikrarkan diri atas segala kedlaifan mengatasi hidup baik pada level individu maupun sosial. #
1 komentar:
Nis, Gaya saiki wis koyok kyai tenanan,rek. Alim puol. Biasane omongane membongkar tradisi, menjebol turats, menghancurkan status quo.HE he
Posting Komentar