18 Desember 2008

Mencintai yang Dicintai Allah oleh Achmad Astiliano

Mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW adalah sesuatu yang wajib. Para ulama juga menganjurkan untuk mencintai orang yang sholeh yang dekat dengan Allah dengan mencurahkan hidupnya di jalan Allah. Karena merekalah yang napak tilas jejak Rasulullah. Sebuah cerita dalam kitab Syarah Hikam karangan Ibnu Abbad, tentang syeikh Ibnu Atho'illah, pengarang Al Hikam, di mana dikisahkan, Ibnu Atho'illah mengunjungi Syeikh Ibnu Abas Al Mursiy RA, seorang wali qutub yang agung dan penerus syaikh Abul Hasan asy-Syadyiliy, dan sekaligus bermaksud hendak berguru kepadanya. Sebagai seorang santri Ibnu Atho"illah ingin mendapat perhatian lebih dari gurunya, akan tetapi Syeikh Ibnu Abbas Al Mursy RA, Waliullah Ibnu Abbas itu sudah terlebih dahulu tahu, maksud hati tamunya, dan beliau berkata: "Kecintaan dan perhatian guru terhadap murid, ditentukan seberapa besar kecintaan dan perhatian murid terhadap gurunya, dan jangan khawatir kamu di sini akan menjadi orang yang hebat". Dalam kesempatan yang lain, pada saat Syeikh Ibnu Abbas Al Mursy RA, berkeinginan menulis kitab Tahdzib yang waktu itu hanya dipunyai oleh anaknya saja, tanpa memberitahu pada gurunya Ibnu Athoillah mulai menulisnya. Karena kitab cukup tebal yang terdiri dari tiga jilid, maka setelah mendapat satu jilid Ibnu Athoillah segera bersilaturahmi ke kediaman Syeikh Ibnu Abas Al Mursy RA untuk menyerahkan tulisan tersebut. Dan ternyata sang guru menerimanya dengan rasa bahagia dan mendo'akan Ibnu Athoillah. Hal demikian itu terjadi sampai tiga kali. Syeikh Ibnu Abbas Al Mursy RA berkata :"Kamu harus mampu menjadi pemuka dalam ilmu tasawuf, aku tidak terima kalau kamu hanya mengusai ilmu fiqih saja". Ibnu Athoilah mengakui, berkat bimbingan dan do'a Syeikh Ibnu Abbas Al Mursy RA, ia mengalami perkembangan spiritual yang luar bisa. Ini adalah salah satu contoh barokahnya berkhidmah dan memperhatikan sang guru. Dan itu adalah pendidikan yang berlaku antara santri dan Kyai. Dari kisah di atas dapat diambil hikmah bahwa sebagai santri atau murid hendaknya merasa mantap dan selalu tawadhu' lahir dan bathin dihadapan sang guru. Yang semua itu akan menjadi sebab kebahagiannya di dunia dan akherat, karena melalui merekalah ilmu itu kita dapat. Allah SWT berfirman dalam surat At Taubah ayat 119 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan hendaknya kamu bersama-sama orang-orang yang benar/terpercaya". Rasululah SAW bersabda: "Hendaknya kamu bersama Allah, kalau belum mampu maka bersamalah dengan orang yang telah bisa bersama dengan Allah, karena orang ini nantinya akan bisa menyampaikan kamu kepada Allah, jika kamu betul-betul mau bersamanya”.

Tidak ada komentar:

KONSULTASI

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr wb.

Redaksi yang saya hormati, Anak saya sholatnya berling dan berani sama orang tua. Saya sudah sering menasehatinya tetapi tidak ada perubahan. Apakah di hari akhir nanti masih dipertanggungjawabkan.

Wassalamu'alaikum wr wb (Bpk. M Arif . 08532802xxxx)

Jawaban:

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Bapak Arif yang saya hormati, sebelumnya kami ucapkan terimakasih atas partisipasi Bapak dalam forum ini. Tugas orang tua adalah mendidik dan membesarkan Anak. Apabila anak lalai sudah seharusnya orangtua mengingatkan dan menasehati. Akan tetapi kalau ternyata anak tidak berubah juga, maka sepatutnya kita jangan pernah berputus asa dan terus menasehati. Sedangkan mengenai pertanggungjawaban dosa di akherat nanti adalah urusan tiap pribadi muslim. Dan dosa anak anda yang menanggung adalah dia sendiri. Firman Allah swt : “Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali (mu)." (QS. Fathiir: 18). Jadi kita jangan pernah menyerah untuk selalu menasehati saudara muslim kita yang lalai untuk kembali ke jalan yang benar. Demikian, semoga membantu.

Wassalamu'alaikum wr wb.

(Apabila Anda ingin bertanya atau berkonsultasi, silahkah kirim pertanyaan anda ke Redaksi atau SMS ke 085228205221)