01 Januari 2009

Tahun Baru, Harapan Baru, Semangat Baru Oleh Zaky Fakhruddin

Seribu empat ratus tahun yang lalu (menurut ukuran Hijriyyah) Rasulullah SAW melakukan hijrah dari tanah airnya Makkah menuju Madinah melalui perjuangan yang sangat keras. Beberapa kali kafir Quraisy mengancam perjalanan, bahkan nyaris menghilangkan nyawa Nabi. Tapi karena izin Allah SWT, Rasulullah selamat sampai Madinah dna di sambut bagaikan matahari yang dating dari balik bukit. Sepenggal kisah Rasul, bukanlah kisah biasa. Bagi umat Islam, cerita tersebut tidak hanya terwujud dalam bentuk kalender secara fisik atau sebagai hari pertama berpijaknya tahun Hijriyyah, namun lebih pada sebuah panutan serta suri tauladan yang begitu berharga. Banyak cara untuk memahami peristiwa yang dilalui oleh Nabi, diantaranya dengan mempelajari siroh (perjalanan dan perjuangan), suroh (hal-hal yang tampak) serta sariroh (pemikiran) Nabi Muhammad SAW. Kita tidak harus melakukan siroh (perjuangan) layaknya Nabi untuk berpindah tempat tinggal, atau bahkan harus menyerupai siroh (hal-hal yang tampak) seperti halnya pada Nabi demi memperjuangkan Islam. Akan tetapi bisa kita lakukan dengan menelaah pemikiran Nabi bahwa untuk apa beliau berhijrah, lalu apa yang dilakukan setelah berhijrah? Hijrah adalah proses berpindah dari sesuatu yang buruk menuju sesuatu yang baik. Apapun yang dilakukan oleh seseorang demi terciptanya sesuatu yang baik maka bisa dikatakan berhijrah. Dan diawal tahun, sebelum melakukan perubahan, biasanya seseorang akan melakukan perencanaan. Kita masih ingat sebuah pepatah mengatakan "seseorang yang tidak pernah merencakan sesuatu, maka sama halnya dengan merencanakan kegagalan." Melalui pepatah itu, maka bisa dikatakan bahwa, apabila seseorang tidak pernah melakukan perencanaan tentang kebaikan untuknya di masa depan, maka sama halnya dia merencanakan keburukan untuk dirinya sendiri. Dalam firmanNya Allah SWT memerintahkan : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Surat al Hasyr: 18). Sekilas, kita bisa lebih memperhatikan lebih dalam tentang maksud ayat tersebut. Mengapa hanya orang yang beriman yang disebut oleh Allah, padahal yang memiliki hari esok tidak hanya orang Islam. Jawaban dari hal tersebut tidak lain adalah perbedaan pandangan terhadap masa depan yang dimiliki oleh umat Islam dan non Islam. Bagi seorang muslim, hari esok tidak hanya sampai pada akhir hayatnya, tapi termasuk hari yang sangat abadi di akhirat nanti. Dengan moment dan semangat tahun baru ini, sudah sepentasnyalah kita membuat perencanaan tentang kebaikan-kebaikan, amal-amal apapun yang bisa kita lakukan untuk diri kita sendiri dan masyarakat di masa depan dalam rangka hijrah kita menuju hari akhirat kelak yang abadi. Setelah tersusunnya perencanaan tersebut, maka beramal adalah perjuangan (jihad) yang sesungguhnya. Mulai dari diri sendiri, mulai saat ini.

Tidak ada komentar:

KONSULTASI

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr wb.

Redaksi yang saya hormati, Anak saya sholatnya berling dan berani sama orang tua. Saya sudah sering menasehatinya tetapi tidak ada perubahan. Apakah di hari akhir nanti masih dipertanggungjawabkan.

Wassalamu'alaikum wr wb (Bpk. M Arif . 08532802xxxx)

Jawaban:

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Bapak Arif yang saya hormati, sebelumnya kami ucapkan terimakasih atas partisipasi Bapak dalam forum ini. Tugas orang tua adalah mendidik dan membesarkan Anak. Apabila anak lalai sudah seharusnya orangtua mengingatkan dan menasehati. Akan tetapi kalau ternyata anak tidak berubah juga, maka sepatutnya kita jangan pernah berputus asa dan terus menasehati. Sedangkan mengenai pertanggungjawaban dosa di akherat nanti adalah urusan tiap pribadi muslim. Dan dosa anak anda yang menanggung adalah dia sendiri. Firman Allah swt : “Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali (mu)." (QS. Fathiir: 18). Jadi kita jangan pernah menyerah untuk selalu menasehati saudara muslim kita yang lalai untuk kembali ke jalan yang benar. Demikian, semoga membantu.

Wassalamu'alaikum wr wb.

(Apabila Anda ingin bertanya atau berkonsultasi, silahkah kirim pertanyaan anda ke Redaksi atau SMS ke 085228205221)