22 Januari 2009

Dzikir Sebagai Penyeimbang Hidup Oleh Muhlisin

Menanamkan naluri kebaikan adalah modal utama untuk mencapai kebahagiaan. Naluri kebaikan ini bisa ditanamkan lewat pelajaran yang diberikan sejak usia dini dan pendidikan lingkungan dalam setiap pergaulan. Makanan yang bergizi akan mencerdaskan daya tangkap dan makanan yang halal akan menjernihkan wawasan kedepan. Seorang akan merasa berat menjalankan ibadah jika nalurinya penuh dengan benih kejahatan sehingga perlu untuk membersihkan diri.

Pembersihan diri. Membersihkan diri bukan berarti mengkonsumsi segala bentuk merk kosmetik yang ditawarkan dalam iklan tayangan televisi, namun membersihkan diri adalah membersihkan hati dari segala bentuk sifat Alamarah Bissu' sifat yang cenderung mengajak kearah kemungkaran, sifat ini Allah titipkan pada setiap diri manusia dan nampaknya tidak akan bisa dibersihkan sepenuhnya. Karena kebaikan manusia akan bisa diukur dengan seberapa mampu orang tersebut mengendalikan sifat amarah yang ia miliki. Dengan demikian yang benar adalah mengendalikan sifat tersebut bukan dengan menghilangkannya.

Thoriqoh. Thoriqoh adalah jalan, maksudnya adalah salah satu jalan untuk membersihkan diri guna mendekatkan diri pada Allah Swt. Thoriqoh ini merupakan salah satu aliran ajaran pendekatan terhadap Allah Swt. Rutinitas yang ditekankan dalam ajaran ini adalah memperbanyak dzikir kepada Allah. Lewat Thoriqoh dan kegiatannya berdzikir kepada Allah orang berharap bisa selalu dekat dengan Allah dan selalu dapat perhatian dan pertolongannya seperti yang telah dijanjikan Allah dalam firman-Nya”Ingatlah pada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu.”

Dzikir. Dzikir adalah menyebut atau ingat, Dzikir pada Allah berarti ingat bahwa segala sesuatu adalah atas kehendak-Nya, dibawah kekuasan-Nya dan milik-Nya. Bukan sekedar ingat atau menyebut tanpa punya nilai apapun. Dzikir dalam ilmu thoriqoh adalah mengingat atau menghadirkan Allah dalam hati. Dengan perasaan selalu disertai Allah, kehidupan ini terasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena Allah adalah yang memiliki, mengatur dan menguasai. Dzikir yang demikian inilah yang membuat hati tenang, bebas dari beban yang dialami, karena dengan ingat Allah tahu bahwa semua adalah atas kehendak-Nya, maka tidak ada yang perlu disesalkan. Disaat orang ramai berebut kekayaan, hati yang ingat pada Allah tidak akan terpengaruh dan ikut ambil bagian karena ia sadar bahwa materi dunia bukan segalanya dalam usaha untuk mencapai kebahagiaan sehingga tidak perlu menghalalkan berbagai cara yang tidak benar. Disaat orang-orang sedang ramai berebut kekuasaan, kedudukan ia sadar bahwa Allah diatas segala-galanya, dihadapan Allah kita adalah sama. Dan hati yang sadar atas kebesaran tuhan akan menyadari keberadaan dirinya yang hanya sebagai hamba yang bisa memohon dan berusaha.

Di satu sisi dzikir bisa menjanjikan untuk bisa segera mencapai kedekatan diri dengan Allah, mendapat ketenangan batin, tetapi disisi lain ia dapat menimbulkan jurang kesesatan yaitu kesalahan yang berakibat kufur karena menyerupakan Allah dengan sesuatu yang lain. Sudah barang tentu apabila itu tidak diilmui secara benar. Ilmu pengetahuan dan bimbingan seorang guru mutlak di butuhkan dalam berdzikir agar bisa mengarahkan dan menunjukkan aturan dzikir yang benar sehingga akan terhindar dari berbagai bentuk godaan yang menyesatkan, mengingat bahaya kufur yang ditimbulkan oleh kesalahan dalam berdzikir

Tidak ada komentar:

KONSULTASI

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr wb.

Redaksi yang saya hormati, Anak saya sholatnya berling dan berani sama orang tua. Saya sudah sering menasehatinya tetapi tidak ada perubahan. Apakah di hari akhir nanti masih dipertanggungjawabkan.

Wassalamu'alaikum wr wb (Bpk. M Arif . 08532802xxxx)

Jawaban:

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Bapak Arif yang saya hormati, sebelumnya kami ucapkan terimakasih atas partisipasi Bapak dalam forum ini. Tugas orang tua adalah mendidik dan membesarkan Anak. Apabila anak lalai sudah seharusnya orangtua mengingatkan dan menasehati. Akan tetapi kalau ternyata anak tidak berubah juga, maka sepatutnya kita jangan pernah berputus asa dan terus menasehati. Sedangkan mengenai pertanggungjawaban dosa di akherat nanti adalah urusan tiap pribadi muslim. Dan dosa anak anda yang menanggung adalah dia sendiri. Firman Allah swt : “Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali (mu)." (QS. Fathiir: 18). Jadi kita jangan pernah menyerah untuk selalu menasehati saudara muslim kita yang lalai untuk kembali ke jalan yang benar. Demikian, semoga membantu.

Wassalamu'alaikum wr wb.

(Apabila Anda ingin bertanya atau berkonsultasi, silahkah kirim pertanyaan anda ke Redaksi atau SMS ke 085228205221)